Pages

13 Desember 2012

Surat Cinta Untuk Suamiku

Mas...

Kemarin tanggal 12 bulan 12 tahun 2012, dianggap sebagai angka keberuntungan, banyak sekali yang melangsungkan pernikahan di tanggal itu. Masih ingat gak Mas, 3 tahun yang lalu pada tanggal dan bulan yang sama, kamu dan iring-iringan keluarga datang ke rumahku untuk melakukan prosesi lamaran. Dan Mas juga gak mungkin lupa dong, ketika salah satu prosesi yang mengharuskan Mas untuk meminum air putih dalam gelas dan yang meminumkannya adalah Mami. “Airnya dihabiskan!” begitu perintah Mami. Kita berdua akan tertawa cekikikan kalau mengingat momen itu. Karena perintah Mami seperti perintah komandan ke anak buahnya.

Keesokan paginya adalah saat dimana pertama kalinya aku melihat wajahmu yang tegang, bahkan ketika kuajak bercanda, kau tidak bergeming hanya untuk sekedar tersenyum. Setelah kau berhasil megucapkan ijab qobul dengan satu tarikan nafas, tampak sedikit kelegaan di wajahmu. Aku menatapmu saat itu dan berkata dalam hati, “Pria ini adalah suamiku”. Tidak ada kata-kata kegembiraan yang dapat terucap. Acara pada hari itu berjalan lancar. Alhamdulillah.

Mas...

Tiga tahun sudah kita berada dalam biduk rumah tangga ini. Walau pun ada sedikit riak yang kadang menghadang, kita masih bisa tersenyum dan saling mendukung. Kita masih bisa bersyukur, walau pun hingga saat ini belum ada tangisan bayi yang hadir di rumah mungil kita. kita masih bisa terus bergandengan tangan ketika masih banyak hal yang kurang dalam hidup kita. Sabar, itu yang selalu kau ucapkan ketika aku berkeluh-kesah.

Mas pasti tidak tahu, diantara perdebatan atau perselisihan kecil-kecilan kita, terselip rasa syukur dalam hatiku, betapa Allah sangat baik padaku, menganugerahkan lelaki yang sabar sebagai suamiku. Mas juga pasti tidak tahu terkadang aku merasa bersalah karena belum mampu menjadi istri yang terbaik untuk dirimu. Tapi aku akan terus berusaha kok Mas.

Mas...

Aku tidak ingin menjadikan keluarga kita menjadi keluarga yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. Cukuplah bagiku jika Allah mengijinkan kita untuk bisa terus bergandengan tangan dalam suka dan duka hingga maut memisahkan. Cukuplah bagiku jika Allah memberikan amanah keturunan yang soleh dan solehah dan kita dapat mendidik mereka dengan baik. Cukuplah bagiku jika Allah berkenan mengiringi langkah kita menggapai mimpi-mimpi sederhana kita.

Mas...

Aku sempat tergugu ketika kau menceritakan sebuah kisah tentang seorang pria. Pria itu ditanya siapa yang ia inginkan ada disampingnya hingga ajal menjemput. Pria itu memilih istrinya, bukan anak atau orang tuanya. Karena orang tua akan lebih dulu meninggalkannya dan anak setelah menikah pun akan pergi. Sedangkan istri, ia akan terus ada bersamanya.

Mas sudah memilihku. Untuk menemanimu sepanjang hayatmu. Jika dalam perjalanan kita, ada kesalahan dalam kata dan perbuatanku, aku mohon Mas tidak lelah untuk mengingatkan dan mengarahkanku.

Mas...

Tanggal 13-12-09 memang tidak secantik 12-12-12, tetapi aku tidak akan pernah lupa, sejak tanggal itu aku merasa menjadi wanita paling beruntung sedunia. Beruntung karena diijinkan Allah untuk menjadi istrimu. Tidak akan pernah lupa. InsyaAllah.

PS: Aku menunggu balasan surat darimu loh, Suamiku tersayang ^_*

11 komentar: